Tanggal yang sangat mengesankan bagiku karena hari ini aku baru saja menjalani trip yang sangat menyusaaahkan sekaligus menyenangkan bagiku.
Kemarin aku menonton film inspiratif, Soegija, bersama dengan Papa, mama, pakde, bude, tante(soulmateku), mas ayos, adekku. Karena tanteku dari mojokerto jadi malem ini dia menginap dirumah budeku. Berhubung tante adalah soulmate terkerenku -terpaksa ngetiknya- aku memutuskan untuk ikut tidur dirumah budeku menemani tante. (sekalian nggosip, ngehehe)
Tanteku adalah seorang guru bahasa inggris di sebuah sekolah swasta ternama di Mojokerto. Karena tante adalah wali kelas 6, tante mendapat tugas buat membeli perlengkapan perpisahan. Dibayanganku itu, perlengkapan perpisahan seperti menyewa badut, dll.
Aku dan tanteku berencana ke TP -salah satu mall kebanggaan arek suroboyo- berdua saja tanpa membawa 2 biji kecebong, mas ayos&dinda, bersama kami. Biasalah, kalo remaja sudah besar..
Trip kami berbeda dengan biasanya. Biasanya kami pergi ramai-ramai dengan membawa mobil. Berhubung kami hanya berdua, kami memutuskan untuk berangkat ke TP dengan angkutan umum terpanas sepanjang masa dunia akhirat tak tertandingi sepanjang segala abad amin alian BEMO.
Ekstrim! Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku pergi ke sebuah mall dengan angkutan umum termodern masa kini, bemo. Apalagi suhu surabaya disiang hari, bak kita berada dalam oven dan kita adalah benda didalamnya yang sedang dipanggang. Tapi ini menyenangkan bagiku. Menurut pandanganku, ini menambah pengalaman. Untuk jelasnya, aku akan memperjelas rencana kami :
Pertama-tama, kami menaiki bemo berwarna coklat/kuning dengan simbol X. Setelah itu kita turun di bawah jembatan bukit dekat terminal Purabaya. Terakhir kami menunggu bis Darmo dengan ac untuk meluncur ke TP dengan selamat sentosa. Dan pulangnya, kami akan mencari taksi O-range.
Simple.
Tapi perjalanan kami tidak se-simple rencana kami. Di awal, kami menunggu bemo sangat lama. Karena aku yang punya penyakit tidak kuat terhadap bocung, aku memaksa tanteku untuk memanggil taksi saja. Ternyata saat menelpon, sang bemo yang telah ditunggu oleh dua orang yang telah menjadi nenek ini datang. Mohon maaf untuk mbak taksi..
Akhirnya kami mendarat dibawah jembatan bukit. Kami menunggu bis yang juga sangat lama. Penyakitku kambuh karena disana lebih banyak bocung dengan bau rokok. Ugh, bau rokok adalah bau yang paling kubenci. Aku mulai lelah menunggu, dan kami pun memutuskan untuk pulang. Tapi akhirnya bus damri itu datang dari kejauhan. Haaah!
Semakin dekat... (aku meneropong)
Semakin dekat.. (aku masih meneropong)
Sangat dekat... (aku mulai melambaikan tangan)
Dekat sekali.. (aku melambaikan tangan sambil berteriak)
Kami ditinggal.. (aku mengubur diri)
Dan ternyata saudara saudara...
Bus itu tidak memperhatikan kami yang rombongan, tapi seorang ibu yang berada diujung jalan.
Damn.
Tante berguman, "biarin aja dek,". Tapi aku nggak menghiraukannya. Aku berlari ke bus itu untuk menegur kondekturnya. Begitu aku masuk, semua orang memandangiku dengan pandangan nista. Ingin bibir berteriak, "Apa lo lihat-lihat, culek pisan!" tapi hati berkata, "Jamban! Tahan!"
Aku dan tante mendapat tempat duduk paling belakang. Kenyataannya tempat duduk itu hanya ada satu. Karena aku memang lebih muda aku meminta tanteku untuk duduk tapi tante menyuruhku duduk saja. Akhirnya aku duduk dan meminta ibu disebelahku untuk bergeser agar tanteku bisa duduk. Ibu itu terlihat mapan, tapi ia menggunakan daster dan sedikit berdecak sambil bergeser. Jujur, aku kurang suka dengan sikap itu. Ingin bibir berteriak,"Ngapain lo decak-decak, jaman udah merdeka men, geser aja gak mau dasar monyet dasteran lo!". Tapi sabar lah.. orang sabar bisa aja kecebur empang..
Di Bus, kami dilihati dengan pandangan nista. Benar-benar terjadi kontak mata yang sangat kuat antara aku dengan ibu sebelahku. Tapi tiba-tiba..
Bus yang kami tumpangi berbelok ke arah gresik. padahal kami seharusnya menuju TP. Tanteku sedikit kaget, maju kedepan untuk bertanya pada kondekturnya. Ternyata kami salah bus! Bus yang kami tumpangi menuju luar kota. Tidak hanya sampai disana sial kami, kami pun diturunkan dipinggir jalan raya yang sangat lebar dan tak tahu mau kemana. Kurang lebih 10 menit kami menunggu taksi.
Dibelakang kami ada seorang ojek dan bapak penjual pentol. Bapak yang sangat baik dan murah hati itu dengan tulus bersedia menumpangi kami menuju terminal. Oh alangkah baiknya..
16.00
Kami sampai diterminal dan membayar bapak itu selembar Rp 10.000,- walaupun kebaikannya sama sekali tidak dapat terbayarkan. Setelah kami berkali-kali mendapat malu..
Kami masuk ke bus, bersiap-siap menujus TP dengan wajah kusut, busuk, abu-abu. Tapi karena terlalu sore, apalagi hari ini merupakan weekend, kami menyerah dan pergi ke Royal Plasa.
Finally, kami sampai juga disana dengan selamat. Iseng-iseng saja aku bertanya, "Tante mau beli apa sih?"
"Mau beli Party poppers dek," katanya sambil tersenyum.
"Terus?"
"Ya, pulang lah dek,"
DIAR! serasa disambar petir aku langsung jongkok lemas. Tante cuma bisa bilang, "Lho dek, dek kamu kenapa?"
Yang pasti hari itu adalah salah satu unforgettable moment. Aku nggak akan pernah lupa. Sebagai tanda permintaan maaf, tante membelikan aku rok batik. Terimakasih tante, aku suka roknya!
No comments:
Post a Comment