Perjalanan menjelajah Jogjakarta kali ini bukanlah kali pertama dan sama sekali tak terencanakan. Sebenarnya hari ini rencana awal adalah menjemput kakakku yang bersekolah di Van Lith, muntilan. Berhubung muntilan sangat sangat sangat sangat dekat dengan Jogja, aku, mamaku dan adekku jiwa shopaholicnya sedang sangat liar akhirnya memutuskan untuk hunting baju di Jogjakarta.
Misiku kali ini adalah menemukan rok batik. Aku adalah seorang pecinta berat batik. Aku juga seorang pengoleksi rok batik. Yes, i'm a batikholic (?)
Yang membuat aku sedih adalah, saat sampai di Jogja. Banyaaak sekali samaph yang dibuang sembarangan. Cmon, sudah banyak kampanye tentang kebersihan bumi, tapi kenapa susah sekali untuk membuka mata hati. Cukup membuang samaph pada tempatnya, bukankah itu hal yang mudah?
Saat mobil kami sedang parkir, tiba-tiba saja ada 2 orang tukang becak mendekati mobil kami. Awalnya aku sedikit bingung dengan 2 orang itu karena sebelumnya aku tidak tahu bahwa mereka adalah tukang becak. Tukang becak itu menawarkan akan mengantar kami ke tempat batik terbaik. Tempatnya agak jauh, jadi mereka menawarkan pada kami. Kami (terpaksa) menerima ajakan mereka. Kami diantar ke sebuah distro batik yang keren banget. Hanya saja, aku kurang suka dengan modelnya. Corak batiknya sangat cantik, tapi modelnya kurang. Apalagi di toko itu tidak hanya harga yang selangit tapi bajunya juga model ibu-ibu banget.
Karena tidak ada yang cocok, kami keluar dari toko itu.
Bapak tukang becak itu tadi menawarkan ke tempat lain walaupun mamaku sudah menolak, tapi karena kasihan, kami menerima ajakan mereka, Kami diantar ke batik shop yang sebetulnya seperti bukan toko batik. Malah seperti toko minuman. Mbak, jualan baju kok yang dipajang malah minuman?
Akhirnya matahari udah mulai turun, hari mulai panas. Kami akhirnya masuk ke pasa Bringharjo. Tujuan kami sejak awal. Puji Tuhan kami bisa sampai disana tanpa gangguan dari tukang becak tadi.
Tips belanja di Bringharjo adalah : tawar harga batik sampai setengah harga. Keduan turunkan sedikit demi sedikit. Kalu penjual tetap tidak mau, pura-pura pergi saja. Pasti ibu penjualnya langsung memberi harga sesuai permintaan kita. [:
Dan satu lagi, sebelum masuk ke Bringharjo, lebih baik kita menarik nafas dalam-dalam. Karena didalam sana, dijamin susah. Sudah desak-desakan, didorong-dorong dan d tabrak-tabrak.
Kami keluar dari bringharjo kemudian diluarnya ada sebuah toko yang menjual kaos khas Jogja. Mampirr..
Setelah beli beberapa kaos, perjalanan ini kami lanjutkan ke Mirota. Mirota! Mirota sudah seperti rumah batik terfavoritku. One of my favorite brands :))
Sewaktu sedang melihat obat, jamu dan coklat di mirota, ibu ini tiba-tiba duduk dan mulai membatik. Awalnya aku kaget dengan apa yang dilakukan ibu ini. Waktu aku mendekat ternyata ibu ini membatik kain yang sangat sangat sangat cantik. Ibunya juga sangat ramah.
Aku sangat setuju dengan lukisan ini!
You know rite? Urip Sejatine Gawe Urup = Hidup seharusnya memberi kehidupan yang baik bagi sekitarnya.
Ini dia kue-kue kecil dan mendoan yang dijual didepan mirota. Deliciosooo
Sewaktu aku menjemput papaku yang ada dikamar mandi, aku menemukan tulisan ini. Dan aku sangat setuju sekali.memang sangat mudah untuk duduk dan memperhatikan. yang sulit adalah bangkit dan mulai beraksi.
Setelah dari mirota, kami semua melanjutkan perjalanan menjemput kakakku yang sudah menjadi nenek-nenek karena terlalu lama menunggu. Perjalanan menuju muntilan tidaklah mudah. Kami harus menempuh jalan yang lumayan jauh dan macet minta ampun. Setelah dari muntilan, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah eyang kakungku untuk beristirahat. Kami melewati Selo. Selo itu adalah nama pegunungan. Dinginnn..
Karena dingin dan lapar kami mampir ke restoran di dekat kaki gunung. Padahal masih jam 4 sore dan matahari masih menemani, tapi dinginnya sudah minta ampun!
Sandal baruku yang dibelikan mamaku. Warnanya kayak wortel. Kalau ada kelinci, kakiku pasti sudah digigit tuh. Kasihan tapi kelincinya, pasti langsung sekarat..
No comments:
Post a Comment